Buka Puasa Bersama YAYASAN AISYAH LAMPUNG
PRINGSEWU – Yayasan Aisyah Lampung (STIKes Aisyah Pringsewu, STT Aisyah Pringsewu, AKBID MBN) melaksanakan buka puasa bersama (bukber) bersama ratusan warga sekitar kampus serta memberikan santunan kepada anak yatim piatu di Kampus setempat, Jl. A. Yani, No 1A, Tambahrejo, Gadingrejo, Pringsewu, Kamis (23/5).
Tri Adi Nugroho,S.Kom.,M.Ph selaku ketua panitia mengatakan, kegiatan santunan dan buka puasa bersama anak yatim piatu memang sengaja diadakan setiap tahun di bulan Ramadhan. Hal ini karena bulan Ramadhan merupakan bulan paling istimewa, bulan penuh ampunan, sehingga diharapkan meningkatkan ibadah. Kami mengundang puluhan anak yatim piatu dari panti asuhan putra Ummul Mukmin Aisyah binti Abu Bakar dan panti asuhan putri tunas harapan Aisyiyah beserta para pendamping. Kami ingin berbagi di bulan suci dengan buka puasa bersama dan memberikan santunan, ucap Adi.
Di kesempatan ini satu persatu anak yatim menerima santunan dari Yayasan Aisyah Lampung (STIKes Aisyah Pringsewu, STT Aisyah Pringsewu, AKBID MBN). Mudah-mudahan dengan adanya santunan ini dapat bermanfaat untuk anak yatim keluarga kurang mampu, mereka dapat terbantu, sambungnya.
Ditambahkan Adi, kegiatan tersebut dilaksanakan juga untuk lebih mendekatkan diri langsung kepada warga sehingga keberadaan Yayasan Aisyah Lampung (STIKes Aisyah Pringsewu, STT Aisyah Pringsewu, AKBID MBN dapat dirasakan masyarakat.
Dengan cara ini kata Adi, diharapkan menumbuhkan rasa peduli dan empati Civitas Academika Yayasan Aisyah Lampung (STIKes Aisyah Pringsewu, STT Aisyah Pringsewu, AKBID MBN agar peduli pada sesama. Sehingga kita bisa terus belajar dan memberikan kinerja yang baik lagi. Sebagai orang yang bergerak di bidang pendidikan dan penelitian, kita harus meningkatkan kinerja, pungkasnya.
Saat ini, menurut Tri Adi Nugroho,S.Kom.,M.Pha memang banyak orang kaya, namun dengan kekayaannya tersebut tidak menjamin seseorang peka dan peduli terhadap penderitaan kaum duafa. Padahal, esensi manusia hidup salah satunya adalah dapat bermanfaat bagi orang lain. Kami ingin mengajak semua pihak untuk mengingat kembali bahwa diantara manusia yang sangat banyak ini, ada yang masih sulit untuk sekedar mencari makan.
Tri Adi Nugroho,S.Kom.,M.Ph menegaskan, bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk melatih hidup sederhana dan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Kebangkitan iman, takwa, dan kesadaran diri dapat difasilitasi dengan dilakukannya ibadah puasa. Saya rasa, bulan suci ini adalah momentum yang sangat tepat, karena kebaikan apapun yang kita lakukan akan dilipatgandakan. Secara otomatis, kita akan merasakan kelaparan yang biasa dirasakan oleh kaum duafa. Sudah semestinya proses menuju kemenangan dan lahir kembali di Hari yang Fitri dapat menjadikan pribadi kita, pribadi yang lebih baik.
Pembina Yayasan Aisyah Lampung Isnaidi Guswantoro mengatakan, Kegiatan buka Puasa Bersama di Yayasan Aisyah Lampung (STIKes Aisyah Pringsewu, STT Aisyah Pringsewu, AKBID MBN) perlu terus dipertahankan, karena kegiatan tersebut bisa meningkatkan ukhuwah islamiyah antara Yayasan Aisyah Lampung (STIKes Aisyah Pringsewu, STT Aisyah Pringsewu, AKBID MBN), warga, dan anak yatim piatu. Setiap mukmin dalam mengemban tugas hidupnya tidak lepas dari dua kewajiban, yakni kewajiban memelihara hubungan baik dengan Allah SWT dan memelihara hubungan baik dengan sesama manusia. Alquran mengingatkan kita bahwa setiap individu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dengan ukhuwah dan kebersamaan antara satu individu dengan lainnya akan saling melengkapi dan saling menyempurnakan.
Isnaidi menambahkan, bulan Ramadhan memiliki keistimewaan tersendiri di banding bulan-bulan yang lain. Bulan Ramadhan merupakan kesempatan besar sekaligus menjadi acuan bagi seluruh umat muslim untuk kembali meningkatkan kuantitas dan kualitas dalam beribadah. Sikap saling berbagi di bulan Ramadhan Insya’Allah telah menjadi kebiasaan bagi mayoritas umat muslim.
Dengan berbagi, maka setiap orang bisa meningkatkan rasa empati dan kepeduliannya terhadap keadaan orang-orang disekitarnya yang belum beruntung, dan itu lebih terasa pada saat bulan Ramadhan. Dengan membiasakan diri untuk bersedekah/berbagi kepada orang lain pada bulan Ramadhan, maka insya’Allah hal itu akan terus dilakukan secara kontinu walaupun bulan Ramadhan telah berakhir, ucapnya.
Masuklah ke agenda utama, yaitu ceramah agama yang dibawakan oleh Ustadz Subni, M.Pd.I yang merupakan dosen tetap STIKes Aisyah Pringsewu. Beliau membawakan materi tentang “Ramadhan Bulan Qur’an”.
Dalam tausyiahnya beliau mengatakan, شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan yang di dalamnya mulai diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang bathil.” (QS Al-Baqarah: 185)
Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang paling agung dan akan terus nampak hingga akhir zaman. Keberkahannya terus mengalir dan tak akan pernah terputus. Sebuah kitab suci yang akan selalu membimbing seorang muslim menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Orang yang menjadikannya imam, akan selamat dengan izin Allah SWT, namun siapa yang tak menghiraukannya, maka cepat atau lambat kebinasaan akan menghampirinya.
Beliu menegaskan, Alqur’an sebagai petunjuk manusia, dan Alqur’an harus diqiroati (dibaca) sebagai gerbang pintu meraih kemulian, Alqur’an harus ditilawahi (dibaca,difahami,diamalkan dalam kehidupan sehari-hari), Alqur’an harus ditahfdzi (dihafal) dengan tujuan agar dalam qur’an bisa dengan mudah membimbing kita dalam kehidupan.
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus ….(QS. 17 : 9)
Al-Qur’an ini menjadi faktor banyaknya manusia yang memperoleh hidayah, dan ia mengantarkan kepada jalan yang lebih lurus dan lebih terang. Al-Qur’an yang mengalahkan seluruh hasil cipta dan pemikiran manusia dan peraturan perundang-undangan lainnya. Juga ketetapan-ketetapan Al-Qur’an yang diingkari oleh kaum Mulhidûn, terutama yang mengundang timbulnya “reaksi negatif”, baik dari kalangan kaum muslimin sendiri yang lemah imannya, dan terlebih lagi kaum kuffar. Dengan itu, kaum kuffâr berupaya mencoreng citra Islam, baik secara langsung maupun menggunakan tangan-tangan kaum muslimin yang lemah iman. Pencitraan buruk tentang Islam ini, tidak lain karena kedangkalan pandangan mereka terhadap syariat Allah SWT yang sarat dengan hikmah. (*na)